Mahasiswa KKN-T kelompok 05 Universitas Trunojoyo Madura bersama Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bangkalan, menggelar sosialisasi pengelolaan sampah, budidaya maggot dan penanaman mangrove kepada masyarakat di Desa Sabiyan, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan. Sosialisasi pada tanggal 11 Januari 2024 tersebut dihadiri beberapa lapisan masyarakat. Acara sosialisasi dimulai pada pukul 08.30 dengan materi pertama yaitu sosialisasi pengelolaan sampah.
Kepala seksi pengembangan
fasilitas teknis DLH, Tricahya Agustinus, SE, mengatakan, kurangnya kesadaran
masyarakat sekitar bangkalan dalam pengelolaan sampah. Untuk itu, sosialisasi
ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk menjaga
lingkungan, dan pengelolaan sampah dengan benar.
Agustinus menjelaskan, pembahasan
yang disampaikan dalam sosialisasi meliputi pemahaman sampah, jenis-jenis
sampah, dan tata cara pengelolaan sampah. Menurutnya selama ini kurangnya
kesadaran tentang pengelolaan sampah, pengelolaan sampah organik dapat dimulai
dari keluarga untuk membuat lubang sederhana di belakang rumah sebagai tempat
kompos dan tentunya kesadaran tentang pengelolaan sampah dimulai dari diri
sendiri. “Dinas Lingkungan Hidup menginginkan agar masyarakat dapat mengenal
pentingnya menjaga lingkungan. Karena, kini sampah dengan metode 3R (Reuse,
Reduce, Recycle) sudah bisa menjadi kerajinan yang dapat menghasilkan uang,
bahkan bisa memiliki tabungan di koperasi. Pemilahan sampah merupakan tindakan
yang luar biasa seperti pemilihan sampah organik dan anorganik agar memberikan
kemudahan dalam pengelolaan sampah” ujarnya.
Sesi kedua dalam acara yaitu
sosialisasi budidaya maggot. Sosialisasi budidaya maggot berkaitan dengan
pengelolaan sampah organik. Acara sosialisasi tersebut dipimpin oleh pihak
Dinas Lingkungan Hidup Bangkalan Idrus Syamsi yang saat ini bekerja di TPS3R
Mlajah sebagai pembicara dan pemantik diskusi. Desa Sabiyan memiliki potensi
budidaya lele yang belum diimbangi dengan pemberian pakan yang sesuai.
Pengelolaan sampah yang belum optimal juga menjadi masalah utama. Idrus
menjelaskan bahwa budidaya larva maggot atau Black Soldier Fly penting
dilakukan sebagai solusi untuk menguraikan sampah organik di Desa Sabiyan yang
berupa sampah organik dan sebagai solusi untuk pakan ikan.
Idrus menjelaskan, pembahasan yang
disampaikan terkait pemahaman lalat BSF, daur hidup, budidaya maggot, serta
pengelolaan hasil budidaya maggot. Idrus menjelaskan pengertian lalat BSF
(maggot), kemudian daur hidup lalat BSF yang dimulai dari perkawinan yang
menghasilkan telur, telur kemudian menjadi bayi larva 0-21 hari menjadi larva
dewasa. Larva dewasa kemudian menjadi prepupa yang telah memasuki tujuh hari
akan menjadi fase pupa. Dan kemudian Pupa tidak bergerak sampai kembali menjadi
lalat BSF. Mahasiswa KKNT Kelompok 05 UTM membuat kandang sebagai tempat pre
pupa maggot. Mahasiswa KKNT berhasil membudidayakan maggot menjadi prepupa yang
dihadirkan dalam acara sosialisasi tersebut. Masyarakat dengan antusisas
melihat bagaimana bentuk prepupa maggot yang telah dibudidayakan mahasiswa KKNT
kelompok 05.
Idrus juga menjelaskan cara budidaya maggot dapat dimulai dari rumah dengan membeli bibit di online shop. Maggot harus dibudidayakan dalam tempat steril dengan suhu sedang yaitu tidak terlalu dingin ataupun panas. Maggot juga merupakan hewan kanibal yang memakan segala. Jadi maggot sangat efektif untuk mengurangi sampah organik yang menjadi masalah utama di Desa Sabiyan. Di akhir sosialisasi Idrus menjelaskan bagimana pemannfaatan hasil budidaya maggot yaitu residu maggot dapat dijadikan kompos tanaman dan maggot menjadi solusi alternative pakan yang bisa dijual dengan harga sepuluh ribu rupiah per kg.
Sesi terakhir acara sosialisasi
mangrove yang menjadi pembicara merupakan bapak Bilal Kurniawan yaitu panitia
lingkungan penanaman mangrove. Bilal menjelaskan, dalam sosialisasi membahas
mengenai latar belakang, informasi sumber benih, pemahaman persemaian, syarat
lokasi pembibitan, bahan dan alat pembibitan mangrove, alur dan pemeliharaan
bibit, dan penanaman mangrove. Penanaman mangrove menjadi inti materi karena
Desa Sabiyan memiliki pesisir pantai yang harus dijaga dengan tumbuhan
mangrove. Bilal juga menjelaskan berbagai jenis mangrove yang sesuai daerah
pantai untuk mencegah terjadinya gagal tumbuh mangrove karena ombak.
Sosialisasi tersebut juga dihadiri dua mahasiswi Universitas Brawijaya yang
sedang melakukan penelitian tentang tumbuhan mangrove. Kegatan sosialisasi
tersebut diharapkan dapat menyadarkan masyarakat untuk menjaga, merawat, dan
melestarikan lingkungan terutama Desa Sabiyan yang merupakan kawasan pesisir
untuk mencegah abrasi dan cara bagaimana penanaman mangrove dengan baik dan
benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar